Apr 15, 2011

Kita di mana?



Seorang wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya.Beliau duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam. 

Sang guru berkata, "Saya punya permainan... Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka berserulah "Pemadam!" 


Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Sang guru berganti- gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Pemadam!", jika saya angkat pemadam, maka katakanlah "Kapur!". 


Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kekok. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. 

"Anak-anak, begitulah kita ummat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membezakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya."

Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi kerana terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. 

Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika." 


"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, seks sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain." 

"Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda sedikit demi sedikit menerimanya. Faham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Faham cikgu..." 

"Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan. "Cikgu ada Qur'an, cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah tanpa memijak karpet?" 


Murid-muridnya berpikir . Ada yang mencuba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain. Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet. 

"Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya... Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak anda dengan terang-terang... Kerana tentu anda akan menolaknya mentah mentah. Orang biasa pun tak akan rela kalau Islam dihina di hadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sedar." 

"Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. 

Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau tapaknya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kerusi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan..." 

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghentam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan meletihkan anda."
Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain,sehingga meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan."

"Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kita..."

"Kenapa mereka tidak berani terang-terang memijak-mijak cikgu?" tanya mereka. "Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi."

"Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sedar, akhirnya hancur. Tapi kalau diserang serentak terang- terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sedar." 

"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang..." 


Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan fikiran masing-masing di kepalanya...

p/s: Renung-renungkan lah.. dan selamat beramal di jalan Allah.. =)


3 comments:

  1. Sangat menginsafkan dan menyedarkan.... artikel y menarik... syukran..=)

    ReplyDelete
  2. artikel yg baik utk sama2 kita fikirkan~muhasabah hari2 yang kita lalui~adakah kita salah seorang dalam artikel ini??yang mana???sama-sama renungkn~

    ReplyDelete
  3. artikel yang baik untuk muhasabah diri..dimana dan siapa kita sekarang??sama2 renung2kn

    ReplyDelete

Syukran Jazilan Sahabat! Semoga perkongsian memberikan info yang bermanfaat kepada anda! Semoga Rahmat Allah Senantiasa Bersama Anda! Insyaallah!

Terhangat